Total Tayangan Halaman

Kamis, 19 Januari 2012

Buruh Demo, Cikarang Lautan Manusia


Akibat APINDO batal mencabut gugatannya, Siang tadiseluruh buruh yang berada di kawasan kab.bekasi serentak keluar dan langsung memadati jalanan untuk menggelar demo dan memboikot jalanan.
Konsentrasi masa terpantau membanjiri jalanan di kawasan MM2100, EJIP dan JABABEKA.
Dari beberapa keterangan yang berhasil dihimpun News CC.
"ejip jadi lautan manusia," kata yanie yang juga ikut demo.
Lanjut yani instruksi demo ini sangat mendadak.
Sementara laporan dari buruh yang bekerja di jababeka mengatakan para buruh sudah keluar pabrik dan diarahkan menuju jalanan.
Salah satu pengurus SPSI yang berhasil diwawancarai News CC mengatakan demo mendadak ini sudah harga mati.
"ini sudah harga mati, apindo tidak melakukan gugatannya," terangnya.
Keterangan lain dari ketua buruh bekasi bergerak Obon Tabroni, beliau menjelaskan bahwa dalam pertemuan final semalam antara serikat buruh, bupati, danrem, kadisnaker, dan kapolres pihak apindo mangkir dari pertemuan.
"demo ini terpaksa dilakukan, karena apindo menyimpang dari kesepakatan, semua tahu bahwa provokator aksi kami siapa," tutur ketua buruh bekasi bergerak.
Untuk info lalu lintas siang ini menjadi macet parah, dan gerbang tol sudah ditutup buruh.

Ketika Jurusan SMA Tidak Menjadi Motivasi Untuk Kuliah


Lewat tulisan ini sedikit aku share pengalaman aku saat duduk dikelas tiga SMA. Sebelumnya aku informasikan bahwa aku sekolah di SMAN 1 Cibarusah Kabupaten Bekasi. Sekolah ini jika aku gambarkan berada ditengah kampung Cikoronjo desa Sindangmulya, Cibarusah. Dapat dilukiskan juga Sekolah ini sedikit berada dalam kondisi yang sedikit mepet sawah, berada ditengah permukiman dan tempat percetakan batu-bata. Namun bagaimanapun keadaannya, sekolah ini banyak memberikan pembelajaran kepadaku tentang pemahaman bahwa pentingnya sebuah interaksi didalam bermasyarakat dan motivasi bahwa hidup harus tetap berjalan.

Aku adalah pelajar SMAN 1 Cibarusah yang lulus pada tahun 2010. saat masa penjurusan SMA aku masuk jurusan IPA selama dua tahun mulai dari kelas dua dan tiga SMA. Awal kelas dua mulai masuk penjurusan IPA aku merasa nyaman, meskipun aku tidak suka spesifikasi pelajaran IPA yang lebih menitikberatkan pada hitung-hitungan. Namun perlahan sampai menginjak kelas tiga aku banyak menggeluti dunia pengetahuan sosial, mungkin hal itu dampak dari banyaknya aku melihat pemberitaan sosial politik humanistic yang ditayangkan televisi, radio atau Koran.

Selama itu juga terutama saat menginjak dibangku kelas tiga aku perlahan mulai menekuni kesukaanku dibidang sosial, namun aku tetap mengikuti pembelajaran jurusan IPA, karena itu adalah sebuah konsekuensi yang harus dilanjutkan. Meskipun kala itu  aku mengalami dualisme pembelajaran bagiku tidak ada alasan untuk tetap berprestasi di jurusan IPA. Semua telah aku singkirkan dari otak yang kadang berada dalam keadaan tidak sadar.

Kala itu aku sangat menikmati apa yang aku lakukan, kadang telingaku suka bising dan risih terhadap celotehan rekan SMA yang sibuk pusing dan ribut dengan jurusan apa yang dipilih nanti saat kuliah. Saat itu aku bergumam dalam hati dan mengatakan bahwa teman yang ribut memikirkan jurusan apa yang dipilih saat nanti kuliah adalah orang yang tidak tahu akan jati dirinya sendiri, orang yang tidak tahu akan apa yang menjadi kelebihannya sendiri, dan orang yang belum memahami potensinya sendiri.

Bahkan ada teman yang mengungkapkan bahwa mereka mengambil jurusan ini karena ada tuntutan dari orang tua, ada juga yang pasti memilih jurusan ini karena mengikuti trend yang oleh teman-teman lain dipilih, ada juga memilih jurusan yang sesuai hobinya. Tentu itu adalah pilihan yang diambil teman-temanku, aku tidak mau berpolemik mengurusi apa yang menjadi pilihan mereka. Karena toh nanti yang menjalaninya adalah masing-masing individu. Sebagai teman, aku hanya bisa memberikan dukungan dan doa terbaik.

Sebaliknya dengan ku, kala itu aku tidak terlalu berpolemik dengan jurusan kuliah apa yang nanti ku pilih. Karena aku sudah merasa yakin dengan apa yang sudah aku suka dan tekuni yaitu bergerak dibidang sosial. Serta aku juga merasa bahwa teknik komunikasi berbicara yang aku punya adalah suatu anugerah potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan. Maka dari itu aku memutuskan untuk mengambil jurusan politik atau jurusan komunikasi.

Keyakinanku kini terjawab, saat aku mengambil jurusan Ilmu Pemerintahan dimana spesifikasi pembelajarannya merupakan turunan dari Ilmu Politik. Keyakinan itu berupa perwujudan abstrak tentang inilah jalan hidup aku, jalan yang harus tetap disusuri meski berliku. Kuliah tidak sekedar kuliah mempelajari ilmu politik, namun nyata bergerak dibidang sosial kemasyarakatan. Itu adalah suatu asset yang terus dipupuk untuk menapaki petilasan jalan yang telah dipilih.

Sebelum terjun didunia Ilmu Pemerintahan, aku sempat berjuang mengejar jurusan ilmu politik murni disalah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Depok. Tak hanya itu, jurusan Ilmu Komunikasi juga yang aku pilih saat proses masa pendaftaran sempat aku perjuangkan. Meskipun tidak masuk jurusan ilmu komunikasi dan sekarang menggeluti formal pendidikan ilmu pemerintahan, aku masih bisa mengimplementasikan ilmu komunikasi dengan berkarya lewat karya tulisan dan diplomasi komunikasi yang diterapkan saat menerapkan ilmu politik dimasyarakat dan berorganisasi.

Semua tidak sia-sia, dualisme pembelajaran saat aku SMA menekuni jurusan IPA telah terbayar dengan sebuah kenikmataan yang tak dapat ku lukiskan. Melihat orang lain tersenyum saat aku bisa membantunya masuk rumah sakit, melihat tawa sumbringah seorang ibu kala aku membantu anaknya mendapatkan pengobatan yang layak, dan kala semua orang tertegun membaca karyaku. Itu belum cukup bagiku, masih perlu belajar dan terus melakukan pengembangan kemampuan yang lebih komprehensip.

Semua terasa nikmat jika dilakukan dalam koridor sebuah keikhlasan dan keyakinan pribadi.



Jumat, 13 Januari 2012

HUJAN… Jangan Berani Keroyokan Dong

Saban hari di musim pancaroba – penghujan seperti ini tidaklah berlebihan hari-hari selalu dihiasi cuaca panas yang dalam seketika langsung mendung, hujan yang mengiringi alunan jiwa siang dan malam hari, semua nampak indah dan menjadikan hari kita begitu berwarna. Terkadang hal tersebut juga membuat hati jengkel dan mengesalkan. Namun biarlah jangan terlalu berpolemik dengan hal itu, bersyukur atas segala pemberian-Nya.

Pernah dibeberapa waktu kemarin ketika aku sedang mengendarai sepeda motor saat sedang asyik berkendara, tiba-tiba hujan pun langsung turun membasahi sekujur tubuh dan pakaianku. Seketika perasaan hati kala itu langsung menderita galau, “haduh kehujanan coy,” dalam hati.

Masih ingat jelas saat itu aku tidak berhenti untuk berteduh, alasan ku sangat simpel karena badan sudah terlanjur basah kuyup dan rute perjalanan sedikit lagi sampai. Selama itu juga aku yang berkendara tanpa menggunakan helm merasakan keroyokan butiran hujan yang terasa begitu amat pedas kering (kalau bahasa sunda peureus) dan rada sakit ketika menghujam bawah kelopak mataku.

Memang salahku juga kenapa berkendara tidak menggunakan helm, sebab waktu itu aku tak pernah terpikir akan turun hujan. Selain itu karena aku juga tak terlalu jauh berkendaranya. Alhasil aku mengendalikan kendaraan hanya dengan satu tangan untuk menarik tali gas dan tangan kiri aku jadikan sebagai topi mata. Tujuannya sederhana, selain untuk mengurangi keroyokan hujan juga untuk memperjaun jarak pandang. Karena bisa diketahui saat hujan deras pandangan akan jalan sangat pendek dan terbatas.

Entah apa yang terpikir saat itu, ditengah perihnya wajah karena tertimpa jutaan butir air hujan, melihat jarak jalanan yang terbatas, masih sempatnya aku berceloteh dengan diri sendiri, “ah ini hujan beraninya main keroyokan,” kataku sambil focus berkendara.
Lalu hati berpolemik dengan sendirinya mengikuti celotehan yang sudah dilontarkan hujan beraninya main keroyokan.

Aku tertawa sendiri bukan berarti gila atau tidak waras, tetapi pikirku ini merupakan sebuah bentuk ekspresi tentang kekritisan jiwa sendiri. Bertanya mengapa butiran hujan beraninya keroyokan, padahal hujan sudah seperti inilah hakikatnya. Turun membasahi secara bersama-sama dengan intensitas yang cukup tinggi. Pertanyaan yang kalau kata temanku bertanya mengapa hujan turun secara bersama-sama adalah pertanyaan filsafat yang harus mampu dijawab secara lugas dan tuntas sampai keakarnya.

Ya mungkin barangkali inilah salah satu bentuk kekritisan jiwa ku pada alam, eits tapi jangan lupa satu hal pasti kita harus tetap bersyukur kepada-Nya. Semua milik-Nya dan segala yang ada dijagad raya adalah ciptaan-Nya termasuk hujan.  So far so good

Tak terasa bercengkrama dengan hujan saat itu harus diakhiri karena aku telah tiba dirumah. Sesampainya rumah aku menundukan kepala melihat kondisi tubuh dalam keadaan basah kusup rayap mengalir. Iya inilah nikmat hidup yang tak terlukiskan, main hujan-hujanan yang tak disengaja.

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” QS  Al A'raaf : 57

Selasa, 03 Januari 2012

MENCERMATI WARNA KEBANGSAAN KITA

KEBANGSAAN atau nasionalisme setiap bangsa memang meiliki warnanya masing-masing. Disisi lain kebangsaan juga memberi warna kepada kehidupan bangsa, baik dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa maupun dalam kehidupan bernegara. Demikian pula kebangsaan bangsa Indonesia, meiliki warna tersendiri yang berbeda dengan  warna kebangsaan bangsa lain.kebangsaan bangsa Indonesia selain memiliki sifat atau warna yang khas tersebut, juga memberikan warna pada sikap dan perilaku terhadap  seluruh kegiatan bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan dalam kehidupan bermasyarakat.

Oleh sebab itu kebangsaan atau nasionalisme yang sifatnya abstrak itu, tidak mungkin “dibicarakan” secara teoritik semata-mata. Kebangsaan atau nasionalisme itu apa? Secara teoritik setiap pakar, setiap ahli atau setiap cendikiawan dapat memberikan definisi yang berbeda, berdasarkan pendapat atau teorinya masing-masing. Teori tersebut dapat dituliskan dalam berlembar-lembar halaman buku. Akan tetapi jika kita “bicara” mengenai  kebangsaan atau nasionalisme bangsa Indonesia, artinya kita berbicara mengenai fakta. Bangsa Indonesia itu fakta, yang terbentuk pada tahu 1928. Bansa Indonesia itu komunitas dari masyarkat suku-suku bangsa yang mendiami kepulauan yang terletak diantara benua Asia dan Australia serta di antara samudra Pasifik dan samudra Hindia – yang disebut nusantara. Itu semua fakta.

Bangsa Indonesia ialah bangsa yang menyatakan kemerdekaannya (simak kalimat Proklamasi: “kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”) pada tanggal 17 Agustus 1945 dan kemudian mendirikan Negara bangsa atau Negara kebangsaan Indonesia (nation state), pada tanggal 18 Agustus 1945, (simak alinea 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Republiki Indonesia 1945, “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang etrbentuk dalam suatu  susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat”).

Maka marilah kita cermati warna kebangsaan kita dan sampai di aman atau bagaimana kebangsaan kita memberi warna pada kehidupan bangsa Indonesia. Tentu upaya kita ini berangkat dari landasan yang telah ditata oleh para pendiri bangsa  dan Negara Indonesia selama 65 tahun. Namun kita juga tidak boleh mengingkari adanya teori politik dan social serta budaya yang dikemukakan oleh para pakar ilmuwan.

Jika kita perhatikan tiga kalimat ikrar yang disampaikan oleh para pemuda dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928, yaitu :

Pertama, kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.

Kedua, kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air satu, tanah Indonesia.

Ketiga, kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Kemudian jika kita fahami pidato bung karno di depan rapat pleno Dokuritsu Zyunbi Coosokai atau Badan Penyelidik  Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang menyatakan : “Pendek kata, bangsa Indonesia, natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup dengan “le desir d’etre ensemble” diatas daerah kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh Indonesia, yang menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah, tinggal di kesemuannya pulau-pulau Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Irian semuanya!”

Mak bangsa Indonesia dibentuk bukan sekedar memenuhi kehendak untuk bersatu (Ernest Renan). Bukan pula karena adanya persamaan perangai (karakter) dan persamaan nasib kemudian bangsa Indonesia bersatu menjadi satu komunitas bangsa (Otto Bauer). Melainkan bangsa Indonesia berkehendak menjadi satu bangsa untuk mengusir penjajah dari tanah Indonesia sehingga menjadi bangsa yang merdeka, kemudian mendirikan Negara bangsa atau Negara kebangsaan guna mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyatnya secara adil.

Alur piker kebangsaan Indonesia itu dapat kita simak dalam seluruh kalimat Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia yang mendukung pokok-pokok pikiran bangsa Indonesia, yang merupakan derivasi atau jabaran dari tiga kalimat ikrar pada Sumpah Pemuda 1928. Pokok-pokok pikiran bangsa Indonesia tersebut antara lain

·         Kemerdekaan ialah hak segala bangsa;
·         Penjajahan itu bertentangan dengan keadilan;
·         Kemerdekaan barulah titik awal (pintu gerbang) menuju bangsa dan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur;
·         Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dinyatakan dalam proklamasi bukanlah semata-mata keinginan (kehendak) luhur bangsa Indonesia, melainkan juga atas rahmat (kehendak) Allah yang Maha Kuasa;
·         Dengan kemerdekaan tersebut bangsa Indonesia membentuk Negara (Negara bangsa/Negara kebangsaan), yaitu Negara Kesaturan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat;
·         Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut ialah ketuhanan yang maha esa; kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia;kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan  dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
·         Tujuan bangsa Indonesia membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat secara adil (tujuan nasional0;
·         Adapun tugas utama pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ialah;melindungi seluruh bangsa Indonesia; melindungi seluruh wilayah kedaulatan Negara; memajukan kesejahteraan umum (membangun kehidupan lahir dan batin bangsa Indonesia); dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarka kemerdekaan (bukan berdasar imperialisme/kolonialisme), berdasarkan perdamaian abadi (bukan berdasarkan ancaman dan perlombaan persenjataan), dan berdasarkan keadilan sosial (berdasarkan kesederajatan dan kesetaraan setiap bangsa).

Pokok-pokok pikiran bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tersebut dengan sendirinya memberikan warna pada kebangsaan atau nasionalisme bangsa Indonesia. Warna kebangsaan itulah yang membedakan dengan nasionalisme bangsa lain. Warna kebangsaan itulah yang memberikan identitas kebangsaan bangsa Indonesia.

Identitas kebangsaan bangsa Indonesia tersebut dengan sendirinya dan seharusnya mengalir memberikan warna pada sikap dan perilaku bangsa Indonesia dalam kegiatan masyarakat, kehidupan bangsa dan kehidupan Negara. Konsekuensinya semua kebijakan yang dirumuskan dan kemudian ditetapkan oleh pemerintah maupun oleh Negara, baik kebijakan politik, kebijakan ekonomi, kebijakan sosial budaya maupun kebijakan pertahanan keamanan haruslah sama warnaya dengan warna kebangsaan bangsa Indonesia.

Dengan kata lain semua kebijakan pemerintah dan Negara harus berdasarkan nilai-nilai kebangsaan bangsa Indonesia. Oleh karenanya untuk membangun bangsa Indonesia dan utamanya membangun karakter bangsa Indonesia (nation and character building) baik para pejabat pemerintah maupun pejabat Negara, tidak perlu mengadakan “studi banding” ke Negara lain. Marilah semua komponen bangsa Indonesia, mempelajari kembali dengan cermat supaya dapat memahami nilai-nilai kebangsaan yang telah disusun serta dibangun oleh para pendiri bangsa dan Negara Indonesia. Nilai-nilai kebangsaan yang mengakar, kuat pada budaya nasional bengsa Indonesia tidak akan tumbuh subur dan rindang mengayomi bangsa Indonesia, jika tidak disiram, dipelihara dan dipupuk oleh bangsa sendiri.

Ataukah bangsa Indonesia memang lebih suka diayomi oleh bangsa lain ?

Kalau begitu untuk apa kita berjuang membangun bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur?. Untuk apa bangsa Indonesia “menciptakan” warna kebangsaannya sendiri yang berbeda dengan warna kebangsaan bangsa lain? Bukankah Allah menciptakan keanekawarnaan, warna-warni dan keanekaragaman demi keindahan



Sumber : Jurnal Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), Edisi 11 Februari 2011, halaman 14 – 16, tulisan dari Hernowo Hadiwonggo.

Jumat, 30 Desember 2011

Selamat Jalan 2011


Sebenarnya aku sangat bingung untuk memulai tulisan ini dari mana. Disatu sisi inspirasiku akan sebuah ide tulisan sedang mengalami pemandegan, pemberhentian paksa gagasan lewat darah atau apalah namanya itu yang aku tidak mengerti. Namun lewat kacamata lain aku ingin sekali mendedikasikan sebuah karya sederhana untuk hari-hari yang telah menemaniku selama setahun ini. Entah apa yang terjadi, seperti berada didua persimpangan arah jalan yang sama-sama curamnya.

Aku sangat sadar bahwa memaksakan kehendak itu sangat tidak baik, namun satu pertanyaan berkecamuk dalam hati muncul. Apakah pemaksaan kehendak untuk hal yang positif itu salah ?. biar biarlah, aku tak ingin terus beradu kuat dengan kemauan dua otakku. Dan aku yakin tuhan pun tidak tuli dan buta akan hal ini.

Sementara tinggal menghitung jam tahun 2011 akan segera berakhir, pertanda akan segera memasuki tahun baru yaitu tahun 2012. selama tahun 2011 aku banyak sekali menemui dan berhadapan dengan liku kehidupan, cinta, kemanusiaan, antara hak  dan batil, dan segala tentang bumbu dan tantangan kehidupan. Sulit untuk menggambarkan semuanya, sulit untuk membahasakan pikirku selama 2011, sulit untuk menerka hasrat memori di 2011.

Jika aku menjuluki tahun 2011, maka aku akan menyebut bahwa di tahun 2011 ini adalah tahun relasi. Mengapa demikian, ditahun ini aku banyak sekali bertemu teman baru dari berbagai kalangan baik atas maupun bawah, baik kalangan priyayi ataupun kalangan marginal, yang pasti semua memberi efek positif untuk kemajuan hidupku.
Kebahagian mendapat teman baru itu yang menjadi sesuatu yang tak bisa diungkapkan. Semuanya hanya bermodalkan keberanianku untuk terbuka bersilaturahmi dengan siapapun. Karena aku yakin silaturahmi merupakan perbuatan baik dan sangat disukai oleh sang kuasa.

Meskipun begitu tetap saja setelah aku coba flash back akan apa yang telah aku lakukan selama 2011, jiwa ini merasa kecewa. Masih banyak melakukan keteledoran, kemalasan akan hidup, kurangnya totalitas, dan tentang kelemahan sifat seyogyanya memang ada pada setiap insan dunia. Masih banyak melakukan tuntutan tanpa dibarengi aksi nyata untuk memecahkan permasalahan yang ada. Selalu terbawa kegamangan yang dilandasi pada sebuah sikap ragu, sikap hati-hati. Ya begitulah hidup, setiap lalu lintas fenomena yang harus dijalani. Satu hal, belajar nilai akan pertanggung jawaban untuk tidak lari dari semuanya.

Berkeluh bukanlah sebuah solusi, pilihan terbaik adalah berpacu terus dengan semangat membara. Menjadikan semuanya sebagai bahan pembelajaran dan bahan evaluasi diri. Menciptakan suasana check and balances dari dan diri sendiri. Itu anggapan yang aku rasa paten, mengapa demikian, menjadikan diri sebagai pengawas diri sendiri. Mungkin ada satu sekat yang bisa mengintervensi, yaitu hawa akan nafsu. Namun perlu kita sadari juga bahwa kita bukan malaikat atau setan, jadi so far so good. Menjadi tempatnya salah dan benar mungkin sampai mati nanti.  Meskipun kita gamang akan kebenaran dan kesalahan macam apa yang harus di anut.

Apa yang harus dilakukan sekarang tidaklah terus berpolemik dengan apa yang sudah terjadi di hari-hari selama satu tahun kemarin. Saat ini, detik ini haruslah kita mempunyai suatu konsep dan rancangan untuk menghadapi dan menjalani kehidupan di tahun 2012. kedepan persaingan hidup semakin ketat, ancaman akan aspek vital kehidupan terus didengungkan pemerintah, harga beras akan naik, premium bersubsidi akan dihapuskan. Bukankah dua aspek itu yang bersentuhan langsung dengan masyarakat termasuk kita ini. Apakah kita akan membiarkan diri tergilas zaman ? tentu jangan pernah membiarkannya.

Ataukah kita hanya akan mengikuti kehidupan 2012 begitu saja, seperti air mengalir. Terbawa arus tidak bisa berenang terancam dan akan tenggelamlah. Jika mengutip salah satu take line partai politik, penerapan restorasi hidup juga nampaknya merupakan suatu keharusan jika kita masih ingin survive. Selain penerapan itu semua, selayaknya juga kita mulai menanamkan nilai-nilai hakikat kehidupan dasar yang baik, seperti jujur, bertanggung jawab, berlaku adil, toleran, tenggang rasa mawas diri dan lainnya. Semata hal tersebut untuk membentuk kepribadian diri yang tangguh. Terlebih menyeimbangkan antara kecerdasan otak, kecerdasan emosi dan spiritual.

Memang dari hati yang paling dalam sangat berat untuk melepas tahun 2011, begitu berkesan dengan apa yang terjadi. Namun itu biarkan menjadi kenangan, sekarang
Satu keoptimisan telah digenggam untuk menaklukan tahun 2012. entah apa yang terjadi di tahun 2012 nanti. Kiamatkah ? kejadian apakah ? revolusi rezim ? atau apakah itu. Pada intinya alur hidup harus terus dilanjutkan. Keep rock in
Selamat Jalan 2011.
Bukan aku yang meninggalkanmu, tapi kau yang telah memilih jalanmu sendiri.

Minggu, 25 Desember 2011

Ternyata…!!! Ada Ini Diawal 2011 (Aku Bersama Kawan IPA 2010).

Mendekati awal tahun 2012 mengingatkanku pada awal tahun 2011 lalu.

Awal 2011 ada apa ?

Pertanyaan yang sangat sederhana namun rasanya dalam situasi pemandegan inspirasi seperti ini rada sulit untuk membahasakan pikir menjadi kata membangun kalimat dan hingga menadi sebuah paragraph.

Sekilas aku coba merekam apa yang terjadi selama 2011 ini melalui pengingatan yang rada buram. Berawal saat tanggal 31 Desember 2010 saat itu sangat ku ingat hari jum’at. Dimana setiap hari jum’at sore selesai mencari ilmu aku bergegas pulang ke rumah tercinta di Cibarusah setelah dari hari senin menunaikan rutinitas sebagai “kaum terpelajar”. Sebelum tanggal 31 itu aku sudah menjalin sebuah janji bersama rekanan semasa SMA dulu bahwa pas waktu malam tahun baruan akan mengadakan kegiatan silaturahmi dan  ramah tamah. Namun apa yang terjadi dengan hari jum’at 31 Desember 2010 ?. Jadwal pelajaran yang biasanya selesai jam 3 sore namun melebihi target yang cukup jauh. Dikarenakan yang seharusnya melakukan dua kali presentasi kelompok, tetapi saat itu dilakukan empat kali presentasi.

Kala itu aku lihat raut muka wajah kawan seperjuangan sudah nampak gelisah. Terlihat sudah tak focus dengan apa yang di presentasikan. Semuanya membolak-balikan mata melihat jam yang terus berdetak. Waktu menunjukan pukul tiga lewat, semua semakin gelisah, tak ubahnya aku yang sudah mengadakan janji sebelumnya. Dalam pikiranku saat itu, waduh ini gimana sudah jam tiga lewat baru kelompok ketiga, pulang jam berapa nanti, pasti sore dan juga dijalan dapat dipastikan dalam keadaan macet. Hemph aku terus bergumam dalam hati. Sampai sesekali mendengar pernyataan dari moderator. Silahkan ada yang mau bertanya ?. jelas sangat tergamblang dalam memori pelajaran yang tengah dipresentasikan adalah pelajaran politik.

Sampai pada pukul 16:40-an presentasi resmi ditutup. Semua tidak sesuai dengan rencana awalku, kala aku buka pesan di Handphone menekan OK tertulis berapa pesan gitu belum terbaca. Waw aku harus menjawab apa, teman yang sudah berjanji tentang acara malam tahun baruan sudah menanyakan kelangsungannya dari tadi. Sedikit termenung sejenak memikirkan akan ku balas apa pesan tersebut. Sampai akhirnya aku membalas, “sebentar saya baru kelar di kampus, paling nyampe cibarusah jam tujuh maleman,” jelasku kalau tidak salah.

Tak memakan waktu lama aku langsung bersalaman dengan rekan ku yang masih tertahan di kampus, mengucapkan selamat tahun baru dan mengucapkan aku mau pulang dulu. Bergegas kemudian menuju mobil menuju arah Lippo Cikarang, namun aku tak ingat sampai full mobil tersebut apakah aku jalan kaki ? naik angkutan umum atau diantarkan oleh teman ? dengan segenap permohonan maaf alam bawah sadar aku tak dapat mengingatnya. Memori akan awal berada di mobil tujuan Lippo Cikarang pun aku lupa, sampai mulai teringat saat berada di jalan tol aku mendapatkan kembali SMS dari rekanan SMA. Sambil menyandarkan bahu pada bantalan sebelah tangan aku membalas pesannya mengatakan, “lebih baik untuk acara malam nanti kamu saja yang menghandlenya, aku masih dijalan kayanya terjebak macet,” ucap yang ku lansir dari berita terkirim.

Benar saja sebelum jauh keluar gerbang tol hamparan kendaraan terjebak dalam keadaan macet. Aku tak bisa membayangkan suasana mobil seperti apa kala itu. Keringat yang bercucuran, ruang gerak yang hanya sedikit, celotehan kaum bawah menambah panas udara yang sebenarnya sejuk. Ahh aku lupa perjalanan selanjutnya sampai jam tujuh malam lebihan aku tiba di rumah. Sesampainya di gubug, aku langsung mandi merebahkan rohani dan jasmani sambil berbalas pesan akan kelangsungan acara yang nanti akan dilaksanakan. Namun Aku sudah tidak memikirkannya lagi tentang acara itu, aku lupakan seketika.

Jam delapanan kurang lebih masih di 31 Desember 2010, aku berangkat ke tempat acara dengan menggunakan si kuda yang kata iklan di televisi tangguh dan irit. Lantas Aku menaiki si kuda sendiri saja, hanya berteman cumbuan semilir angin dan keheningan lalu lintas yang ada. Lupa aku lupa, pakaian apa yang ku kenakan malam itu. Celana kolor ? ohh tidaaakkkk. Bukanlah, sudah biarkan menjadi rahasia si lupa. Yang jelas satu tas soren ku kenakan membentang miring membaluti bahu dan pinggang yang rada melingkar.

Tibalah ditempat, aku pandangi rautan wajah rekan semasa SMA. Menyalaminya satu persatu, menyambut dengan salam hangat persahabatan. Sedikit melemparkan senyum dengan pengharapan mereka berebut senyum yang aku lempar. Oh tidak nampaknya itu tidak mungkin. Bercengkrama dimulai sekedar basa-basi dan melepaskan celotehan lucu, meskipun tidak lucu. Beberapa rekan terlihat mulai menyiapkan segala persiapan karena akan masak di alam (padahal mah halaman rumah). Ada yang menyiapkan batu bata, ikan segar yang akan dibaar, dan tek tek bengek lainnya. Makanan nampaknya sudah siap. yuummmiiiii

Sebelum kegiatan makan-makan dimulai aku mendapat suatu kabar yang kurang mengenakan hati. Sambil berbisik salah satu teman wanita memanggilku yang sedang terduduk, teman wanitaku dari balik engsel pintu. “dun kesini”. Aku pun langsung menyambanginya dan mengatakan ada apa. Dia langsung bercerita bahwa uang salah satu temanku hilang dan diduga bukan hilang tapi ada yang mengambil. Karena teman sudah mempercayakan untuk mengatasi hal ini kepadaku, rekanan SMA yang datang terhitung banyak aku kumpulkan dipusat acara dan menyampaikan suatu pesan bahwa uang salah satu teman kita hilang. Saat ramai itu aku Tanya apakah diantara kita ada yang mengambilnya. Apakah kamu yang mengambil ? apakah kamu ? atau kamu ?. namun semua tidak ada yang mengaku.

Atas kesepakatan bersama semua rekan memutuskan untuk diadakan wawancara satu persatu menanyakan secara privasi. Lantas siapa yang mewawancara semua rekan SMA terkait uang hilang tersebut. Teman-temanpun yang tergabung didalam Ikatan Alumni Ipa SMAN 1 Cibarusah 2010 (ILUMIP’10) mempercayakannya kembali kepadaku untuk menjadi pewawancara. Siap tidak siap saat itu aku harus siap. Memikul amanah yang sebenarnya berada didalam ketidakpastian apakah uang salah satu teman kembali atau tidak.

Akupun pergi kedalam rumah tempat acara menyendiri. Duduk di sofa sambil bersantai. Satu persatu teman mendatangiku. Bak hakim pengadilan aku bertanya, saat uang diduga hilang kamu berada dimana ?, terakhir kamu melihatnya dimana?, perkiraan kamu seperti apa tentang uang yang hilang tersebut ?, sampai aku bertanya memastikan kembali apakah kamu orang yang mengambil uang tersebut ?. pertanyaan itu dan pertanyaan cabang lain yang terus aku lontarkan kepada setiap teman yang aku wawancara.

Tentu bagiku tidak mudah untuk meluluhkan hati seseorang, bagaimana setiap bahasa pertanyaan yang ku sampaikan kepada rekan benar menyentuh kalbu nurani mereka. Tak hanya itu aku juga berusaha untuk menekan dan membuat nyaman kondisi psikologis mereka satu persatu. Mengapa hal itu harus dilakukan ?, karena aku yakini sangat tidak mudah jika pun ada “maling” untuk mengakui kesalahannya atau menunjukan sikap kehilafanya secara terbuka.

Pekerjaanku saat itu hanya mengorek informasi dari setiap rekan, menyambungkan setiap pernyataan rekan yang satu dengan yang lainnya lalu ku simpan dalam otak hingga menjadi sebuah kronologis. Aku tak tahu kala itu aku menghabiskan waktu berapa lama untuk mewawancarai mereka bergantian secara privasi pula. Satu hal yang pasti mulai dilakukannya wawancara setelah pesta kembang api selesai, berarti jam 12 lewatan.

Alhamdulillah berkat kepercayaan yang rekan rekan alumni ipa berikan kepadaku, setelah melakukan wawancara tatap empat muka yang memakan waktu cukup lama ternyata aku menemukan uang yang hilang itu di kamar mandi. Selesai mewawancara aku mengSMS rekan yang kehilangan uang tersebut yang sedang berada diluar untuk mausk kedalam, lalu setelah dia menghampiriku aku memberikan uangnya yang sempat hilang kepada genggaman tangannya.

Semua beres, lantas aku kembali bergabung bersama kawan-kawan yang tengah asik berkumpul dari tadi. Satu jejak langkah melewati garis pintu aku dapatkan fakta bahwa makanan sudah habis, ternyata selama aku melakukan wawancara mereka sudah memulai makan bersama, tapi untungnya yah meskipun mereka sudah makan bareng tadi, mereka tetap tidak mengahabiskan semua makanan, mereka telah menyiapkanku makanan. Sungguh baik dan mulia kau kawan.

Makan kelar, acara malam tahun baruan aku anggap sukses meskipun rada sedikit ada masalah saat uang rekan hilang. Namun semua langsung mencair, kembali bergurau ngalor ngidul menceritakan apa yang ia lakukan saat lulus SMA dan segala proses yang ia lakukan sampai saat itu. Melihat waktu sudah larut malam. Rekan wanita sebagian masuk kedalam rumah, rekanan yang pria berinisatif untuk membeli sebuah minuman bersoda berbotol, dan sebuah kartu gapleh. Kita pun yang laki-laki bermain dengan asyiknya sampai waktu shubuh segera tiba aku dan beberapa rekan memutuskan untuk mengakhiri malam itu, mengucapkan salam dan lalu ku pulang. Bye bye

Tiba dirumah, lihat jam belum shubuh, langsuuunggg tiduuuuurrrrr..

Terima kasih kawan Alumni Ipa SMAN 1 Cibarusah 2010.
Kau telah membuka silaturahmi hingga sampai saat ini dan kelak kita tua nanti kita masih tetap menjadi sahabat, saudara yang saling mengingatkan, berbagi kesuksesan dan segala tentang pelajaran hidup. Kelak juga saat kita telah beruban jangan pernah lupakan semua
kenangan kita saat masih sekolah ataupun tidak, meskipun mungkin kita sudah mengalami pikun, dihati kecil kau masih mengingatku, mengingat anak-anak ipa 2010 dan mengingat semua kenangan yang dilewati bersama. Kelak nanti saat salah satu diantara kita satu persatu sudah menemui ajal masing-masing, aku harapkan kita masih saling membuka ruang silaturahmi, bila perlu menggotong keranda mayatnya. Kenapa kenapa ?. biar tuhan tahu dan menjadi saksi bahwa persahabatan dan rasa kekeluargaan kita tidak pernah luntur. Aku juga mempunyai pengharapan ke depan, saat kita semakin dewasa, mulai mempunyai sikap dalam hidup, meskipun kita berbeda pendapat, berbeda pilihan, saat rasa benci datang, dan segala perbedaan tentang kita lupakan lupakan lupakanlah. Karena segala bentuk perbedaan itu biarlah menjadi pemanis rasa kekeluargaan kita Alumni Ipa. Tidak menjadikan perbedaan akhir dari persahabatan kita. Dengan perbedaan kita kuatkan rasa persaudaraan kita. Dan ingat jangan jadikan perbedaan sebagai penghancur persaudaraan kita. CAMKAN baik-baik, Aku sangat mencintai kalian semua, sampai akhir membuat tulisan inipun tak kuat aku menahan haru ketika mengingat apa yang telah kita lalui bersama.

I LOVE YOU SO MUCH KAWAN……

Jumat, 23 Desember 2011

Mengungkap Ke-Keramat-an Ibu Lewat Lagu

Pernahkah kita sesekali berkaca, memandang seluruh tubuh, memperhatikan setiap lekuk tubuh, menikmati mata yang memancarkan keindahan, merasakan aroma nafas dari mulut dan hidung, memandang helaian rambut dari jutaan helai yang menempel dibatok kepala, dan segala rupa tentang apa yang menjadi kelebihan kita.

Lantas akupun ingin mengajak sahabat sejenak untuk merenung, mengulang memori ingatan dari saat sahabat hanya bisa menangis, merangkak, lalu sahabat diajarkan bagaimana sahabat berjalan, dipapah kedua orang tua sahabat, walau sesekali harus terjatuh dan menangis. Namun orang tua tetap menyakinkan bahwa sahabat bisa berjalan,
Seketika kebisaan sahabat berjalan, tertawa dan berlari mungkin menjadi kebahagiaan yang tidak dapat dilukiskan oleh orang tua sahabat.

Pernahkah kita merenung, akan kebahagian yang tak terlukiskan itu ?.

Apalagi kebahagian ibu, karena dia yang melahirkan kita, dia yang mengandung kita, memikul berat beban dalam kandungan yang tiap waktunya terus membesar, menyusui  saat kita merengek, menggendong mengeloni agar kita terlelap, sambil menyanyikan sebuah lagu, nina bobo oh nina bobo, kalau tidak bobo digit nyamuk. Apakah kita ingat itu ? apakah kita merasakan kasih sucinya kala itu ? saat kita belum tahu apa-apa, saat kita belum dapat berbicara, saat kita belum mampu melihat cakrawala dunia.

 Mungkin bagi kita semua sudah sepakat bahwa ibu adalah sosok yang tak tergantikan.

Menelisik seorang sosok seperti ibu nampaknya perlu kita dalami sebagai bahan renungan introspeksi diri, agar kita tetap merendah, tidak menyombongkan diri, dan tetap bersyukur kepada-Nya. Kreatifitas untuk melukiskan kehebatan seorang ibu juga banyak diaplikasikan dan dibuat dalam bentuk apapun seperti kedalam sebuah karya berupa puisi, lagu, lukisan, dan lain halnya oleh insan-insan yang mengagumi ibu.

Salah satu karya tentang begitu sosok keibuan yang paling sangat aku sukai adalah karya lagu dari Raja Dangdut Rhoma Irama yang berjudul Keramat.

Keramat ?

Dari judulnya saja sudah sangat mengandung nilai yang terkesan penuh dengan sesuatu yang langka, mengandung nilai lebih dari pada hal biasa. Keramat terkesan angker, dan mempunyai suatu daya dobrak energi yang sangat kuat.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia yang aku punya, Keramat mempunyai arti suci, orang suci atau sakti. Sangat luar biasa jika Rhoma Irama memberi judul keramat dan itu merupakan suatu kewajaran.

Seperti keterangan yang dilontarkan bung haji (sapaan akrab Rhoma Irama), bahwa alasan ia mennciptakan lagu keramat ini dilatar belakangi oleh keistimewaan sosok ibu yang ia dapat dari ayat suci al-qur’an.
Berikut ini lirik lagu Keramat :

Hei manusia, hormati ibumu
Yang melahirkan, dan membesarkanmu
Darah dagingmu dari air susunya
Jiwa ragamu dari kasih sayangnya
Dialah manusia satu-satunya
Yang menyanyangimu tanpa ada batasnya

Doa ibumu dikabulkan tuhan
Dan kutukannya jadi kenyataan

Ridho ilahi karena ridhonya
Murka ilahi karena murkanya

Bila kau sayang pada kekasih
Lebih sayanglah pada ibumu
Bila kau patuh pada rajamu
Lebih patuhlah pada ibumu

Bukannya gunung tempat kau meminta
Bukan lautan tempat memuja
Bukan pula dukun kau menghiba
Bukan kuburan tempat memohon do’a

Tiada keramat yang ampuh di dunia
Selain dari doa ibumu jua

Begitulah lirik lagu Keramat.
Jika rekan membacanya dengan seksama, penuh penghayatan dan perenungan maka akan mendapat suatu pembelajaran terhadap keagungan seorang ibu yang sangat luar biasa.

Dimulai dari pentingnya kita untuk menghormati sosok seorang ibu, karena atas jasa dan pengorbanan dialah kita terlahir ke dunia hingga mampu melihat indahnya cakrawala alam raya.
Sejenak merenung apakah sadar bahwa daging yang berada didalam tubuh ini adalah berasal dari air susu ibu dan jiwa raga ini adalah lahir dari kasih sayangnya.
Karena bagaimanapun kondisi kita, hinaan orang lain kepada kita, ibu adalah sosok manusia yang tampil menyayangi kita tanpa ada batasnya ditengah kekurangan yang kita punya.

Restu ibu adalah restu tuhan, ridho yang ibu berikan adalah ridho tuhan. Karena yakinlah kutukan ibu sama saja dengan kutukan tuhan, murkanya tuhan juga karena murkanya ibu. Dan akhirnya sangat sempurna jika doanya ibu dapat dikabulkan tuhan.

Begitulah kehebatan dan keistimewaan sosok seorang ibu, sangat pas bang haji menyampaikan pesan bahwa jangan kita mencintai kekasih melebihi cinta kita kepada ibu dan jangan rasa patuh kita kepada raja mengurangi patuhnya kita kepada ibu.
Terkadang sifat manusia saat dibenturkan dengan hasrat dunia rela untuk melepas akal pikirnya. Rela menjadikan gunung sebagai tempat meminta, menjadikan lautan sebagai tempat pemujaan, menjadikan dukun sebagai tempat menghiba apalagi menjadikan kuburan yang merupakan tempat peristirahatan terakhir dijadikan tempat untuk memohon doa. Sesungguhnya tidak ada yang paling keramat dan ampuh di dunia ini selain doa dari ibu.

Mudah-mudahan tulisan aku ini yang sengaja aku buat untuk memperingati hari ibu yang jatuh pada kamis, 22 Desember 2011dapat menjadi inspirasi untuk kita semua.
Bukankah kita menangis dan menahan haru karena sosok seorang ibu ?

Sekian dan inilah persembahan luar biasa terhadap seorang ibu dari insan kecil yang lahir dari sebuah kampung di Cibarusah Bekasi, Ahmad Djaelani untuk semua.

SELAMAT HARI IBU