Total Tayangan Halaman

Kamis, 19 Januari 2012

Ketika Jurusan SMA Tidak Menjadi Motivasi Untuk Kuliah


Lewat tulisan ini sedikit aku share pengalaman aku saat duduk dikelas tiga SMA. Sebelumnya aku informasikan bahwa aku sekolah di SMAN 1 Cibarusah Kabupaten Bekasi. Sekolah ini jika aku gambarkan berada ditengah kampung Cikoronjo desa Sindangmulya, Cibarusah. Dapat dilukiskan juga Sekolah ini sedikit berada dalam kondisi yang sedikit mepet sawah, berada ditengah permukiman dan tempat percetakan batu-bata. Namun bagaimanapun keadaannya, sekolah ini banyak memberikan pembelajaran kepadaku tentang pemahaman bahwa pentingnya sebuah interaksi didalam bermasyarakat dan motivasi bahwa hidup harus tetap berjalan.

Aku adalah pelajar SMAN 1 Cibarusah yang lulus pada tahun 2010. saat masa penjurusan SMA aku masuk jurusan IPA selama dua tahun mulai dari kelas dua dan tiga SMA. Awal kelas dua mulai masuk penjurusan IPA aku merasa nyaman, meskipun aku tidak suka spesifikasi pelajaran IPA yang lebih menitikberatkan pada hitung-hitungan. Namun perlahan sampai menginjak kelas tiga aku banyak menggeluti dunia pengetahuan sosial, mungkin hal itu dampak dari banyaknya aku melihat pemberitaan sosial politik humanistic yang ditayangkan televisi, radio atau Koran.

Selama itu juga terutama saat menginjak dibangku kelas tiga aku perlahan mulai menekuni kesukaanku dibidang sosial, namun aku tetap mengikuti pembelajaran jurusan IPA, karena itu adalah sebuah konsekuensi yang harus dilanjutkan. Meskipun kala itu  aku mengalami dualisme pembelajaran bagiku tidak ada alasan untuk tetap berprestasi di jurusan IPA. Semua telah aku singkirkan dari otak yang kadang berada dalam keadaan tidak sadar.

Kala itu aku sangat menikmati apa yang aku lakukan, kadang telingaku suka bising dan risih terhadap celotehan rekan SMA yang sibuk pusing dan ribut dengan jurusan apa yang dipilih nanti saat kuliah. Saat itu aku bergumam dalam hati dan mengatakan bahwa teman yang ribut memikirkan jurusan apa yang dipilih saat nanti kuliah adalah orang yang tidak tahu akan jati dirinya sendiri, orang yang tidak tahu akan apa yang menjadi kelebihannya sendiri, dan orang yang belum memahami potensinya sendiri.

Bahkan ada teman yang mengungkapkan bahwa mereka mengambil jurusan ini karena ada tuntutan dari orang tua, ada juga yang pasti memilih jurusan ini karena mengikuti trend yang oleh teman-teman lain dipilih, ada juga memilih jurusan yang sesuai hobinya. Tentu itu adalah pilihan yang diambil teman-temanku, aku tidak mau berpolemik mengurusi apa yang menjadi pilihan mereka. Karena toh nanti yang menjalaninya adalah masing-masing individu. Sebagai teman, aku hanya bisa memberikan dukungan dan doa terbaik.

Sebaliknya dengan ku, kala itu aku tidak terlalu berpolemik dengan jurusan kuliah apa yang nanti ku pilih. Karena aku sudah merasa yakin dengan apa yang sudah aku suka dan tekuni yaitu bergerak dibidang sosial. Serta aku juga merasa bahwa teknik komunikasi berbicara yang aku punya adalah suatu anugerah potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan. Maka dari itu aku memutuskan untuk mengambil jurusan politik atau jurusan komunikasi.

Keyakinanku kini terjawab, saat aku mengambil jurusan Ilmu Pemerintahan dimana spesifikasi pembelajarannya merupakan turunan dari Ilmu Politik. Keyakinan itu berupa perwujudan abstrak tentang inilah jalan hidup aku, jalan yang harus tetap disusuri meski berliku. Kuliah tidak sekedar kuliah mempelajari ilmu politik, namun nyata bergerak dibidang sosial kemasyarakatan. Itu adalah suatu asset yang terus dipupuk untuk menapaki petilasan jalan yang telah dipilih.

Sebelum terjun didunia Ilmu Pemerintahan, aku sempat berjuang mengejar jurusan ilmu politik murni disalah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Depok. Tak hanya itu, jurusan Ilmu Komunikasi juga yang aku pilih saat proses masa pendaftaran sempat aku perjuangkan. Meskipun tidak masuk jurusan ilmu komunikasi dan sekarang menggeluti formal pendidikan ilmu pemerintahan, aku masih bisa mengimplementasikan ilmu komunikasi dengan berkarya lewat karya tulisan dan diplomasi komunikasi yang diterapkan saat menerapkan ilmu politik dimasyarakat dan berorganisasi.

Semua tidak sia-sia, dualisme pembelajaran saat aku SMA menekuni jurusan IPA telah terbayar dengan sebuah kenikmataan yang tak dapat ku lukiskan. Melihat orang lain tersenyum saat aku bisa membantunya masuk rumah sakit, melihat tawa sumbringah seorang ibu kala aku membantu anaknya mendapatkan pengobatan yang layak, dan kala semua orang tertegun membaca karyaku. Itu belum cukup bagiku, masih perlu belajar dan terus melakukan pengembangan kemampuan yang lebih komprehensip.

Semua terasa nikmat jika dilakukan dalam koridor sebuah keikhlasan dan keyakinan pribadi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar